MAKALAH
PEREKONOMIAN INDONESIA
“ PENGARUH MEA TERHADAP
PENGANGGURAN DI INDONESIA ”
Disusun oleh :
Alvita Fabiola(20216664)
Adinda Laras Asih(20216174)
Dwiayu Purwindari (22216213)
Endah Sri Rahayu (22216332)
KELAS 1EB15
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
Mata Kuliah : PEREKONOMIAN
INDONESIA
Nama Dosen : Bapak IMBANGAN PUTRA
RIVAI
Kata Pengantar
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang pengaruh MEA terhadap pengangguran.
Makalah
ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pengaruh MEA terhadap penggangguran dan manfaatnya bagi masyarakat .
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pengaruh MEA terhadap penggangguran dan manfaatnya bagi masyarakat .
Jakarta, Juni 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................................................i
DAFTAR
ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
A.
LATAR
BELAKANG ................................................................................................................1
B.
RUMUSAN
MASALAH............................................................................................................1
C.
TUJUAN
RUMUSAN MASALAH............................................................................................1
D.
MANFAAT
MAKALAH............................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................................2
A.
LANDASAN
TEORI...2
B.
PENGARUH
MEA TERHADAP
PENGANGGURAN..............................................................5
C.
PENGANGGURAN
DI INDONESIA.......................................................................................6
D.
KEBIJAKAN
PEMERINTAH DALA MENGHADAPI
MEA...................................................9
E.
DAMPAK
MEA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA
.....................................................12
BAB III
PENUTUP....................................................................................................................15
A.
KESIMPULAN.........................................................................................................................15
B.
KRITIK
DAN SARAN.............................................................................................................15
DAFTAR
PUSTAKA
...............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada era globalisasi
saat ini, persaingan ekonomi baik di dalam negeri maupun luar negeri semakin
ketat. Persaingan antar negara tetangga di benua Asia sangat berpengaruh sangat
berpengaruh pada kemajuan ekonomi. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
di kawasan ASEAN, adanya kesepakatan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).
MEA merupakan
kesepakatan yang disepakati untuk meningkatkan dan mempelancar segala kegiatan
ekonomi di ASEAN. Kerja sama yang dilakukan di bidang ekonomi bertujuan untuk
memunculkan efisiensi ekonomi di wilayah regional, sehingga dapat mendorong
negara-negara tersebut punuk lebih terlibat dalam kegiatan ekonomi dunia,
terutama dari segi daya saing.
Adanya MEA saat ini
sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia terutama masalah
pengangguran. Melalui MEA diharapkan dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
ekonomi dan laju investasi sehingga dapat membuka lapangan yang besar.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengaruh MEA terhadap pengangguran?
2.
Apa
kebijakan pemerintah dalam menghadapi MEA?
3.
Apa
dampak MEA?
1.3 TUJUAN RUMUSAN MASALAH
1.
Untuk
mengetahui pengaruh MEA terhadap pengangguran.
2.
Untuk
mengetahui kebijakan pemerintah untuk menghadapi MEA.
3.
Untuk
mengetahui dampak MEA.
1.4 MANFAAT
1.
Untuk
mahasiswa/i, yaitu agarlebih menggali softskill dan hardskill.
2.
Untuk
umum, yaitu lebih kreatif dan inovatif.
3.
Untuk
peneliti, yaitu menemukan solusi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Landasan
Teori
2.1.1
MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Masyarakat Ekonomi
Asean adalah integrasi kawasan ASEAN dalam bidang perekonomian. Pembentukan MEA
dilandaskan pada empat pilar. Pertama, menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal
dan pusat produksi. Kedua, menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif. Ketiga,
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, dan pilar terakhir adalah
integrasi ke ekonomi global.
Penyatuan ini
ditujukan untuk meningkatkan daya saing kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi,
menekan angka kemiskinan dan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat ASEAN.
Integrasi ini diharapkan akan membangun perekonomian ASEAN serta mengarahkan
ASEAN sebagai tulang punggung perekonomian Asia.
Dengan dimulainya MEA
maka setiap negara anggota ASEAN harus meleburkan batas teritori dalam sebuah
pasar bebas. MEA akan menyatukan pasar setiap negara dalam kawasan menjadi
pasar tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas merupakan
sebuah kemestian. Selain itu negara dalam kawasan juga diharuskan membebaskan
arus investasi, modal dan tenaga terampil.
MEA memang sebuah
kesepakatan yang mempunyai tujuan yang luar biasa namun beberapa pihak juga
mengkhawatirkan kesepakatan ini. Arus bebas barang, jasa, investasi, modal dan
tenaga kerja tersebut tak pelak menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi
beberapa pihak. Dalam hal ini pasar potensial domestik dan lapangan pekerjaan
menjadi taruhan. Sekedar bahan renungan, indek daya saing global
Indonesia tahun 2013-2014 (rangking 38) yang jauh di bawah Singapura (2),
Malaysia (24), Brunai Darussalam (26) dan satu peringkat di bawah Thailand
(37). Di sisi lain coba kita lihat populasi Indonesia yang hampir mencapai 40%
populasi ASEAN. Sebuah pasar yang besar tapi tak didukung daya saing yang
maksimal. Jangan sampai Indonesia mengulang dampak perdagangan bebas ASEAN
China. Berharap peningkatan perekonomian malah kebanjiran produk China.
2.1.2
Pengangguran
Pengangguran adalah
sebutan untuk suatu keadaan dimana masyarakat tidak bekerja sama sekali, sedamg
mencari pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu atau seseorang
yang sedang mencari pekerjaan yang layak.
Pengangguran adalah
suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin
mendapatkan pekerjaan namun belum dapat memperolehnya.
Definisi pengangguran secara teknis adalah semua orang dalam jangka waktu
tertentu (usia angkatan kerja) yang tidak bekerja, baik dalam arti mendapatkan
upah atau bekerja mandiri, kemudian aktif dalam mencari kerja.
Selain definisi secara teknis, beberapa ahli juga mengemukakan definisi
pengangguran menurutnya masing-masing. Definisi itu diantaranya :
·
Pengangguran
menurut Payman J. Simanjuntak, pengangguran adalah orang yang tidak bekerja
berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
·
Pengangguran
Menurut Sadono Sukirno adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong
dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya.
Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah
angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan
berkurang sehingga dapat menimbulkan kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketaidaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya sehingga
menyebabkan menurunnya tingkat krmakmuran dan kesejahteraan. Akibat jangka
panjang dari tingkat pengangguran yang terlalu tinggi adalah menurunnya GNP dan
pendapatan perkapita suatu negara.
2.1.3
Macam-macam
Pengangguran
Ada beberapa macam
pengangguran yang di golongkan menjadi dua yaitu berdasarkan lama waktu dan
penyebab terjadinya, antara lain :
·
Macam
Pengangguran Berdasarkan Lama Waktu Kerja
a.
Pengangguran
terbuka (open unemployment), yakni tenaga kerja yang benar-benar tidak
memiliki pekerjaan (tidak bekerja sama sekali). Pengangguran ini terjadi karena
tidak adanya lapangan pekerjaan atau karena ketidaksesuaian lapangan kerja
dengan latar belakang pendidikan dan keahlian tenaga kerja.
b.
Setengah
menganggur (under unemployment), yakni tenaga kerja yang bekerja, tetapi
bila di ukur dari sudut jam kerja, pendapatan, produktivitas dan jenis
pekerjaan tidak optimal. Biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
c.
Pengangguran
terselubung ( disguised unemployment ), yakni tenaga kerja yang bekerja
tetapi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keahliannya.
Misalnya, seorang insinyur teknik, bekerja sebagai pelayan restoran.
·
Macam
Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya
a.
Pengangguran
structural, yakni pengangguran yang di sebabkan oleh terjadinya perubahan
struktur perekonomian. Misalnya, perubahan struktur dari agraris ke industri,
perubahan ini menuntut tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu (misalnya
keterampilan mengoprasikan mesin teknologi modern) untuk bisa bekerja di sektor
industri.
b.
Pengangguran
konjungtural, yakni pengangguran yang di sebabkan oleh pergerakan naik turunnya
kegiatan perekonomian suatu Negara. Ada masa pertumbuhan (naik), masa resesi
(turun), dan masa depresi (turun). Pada masa resesi dan depresi, masyarakat
mengalami penurunan daya beli sehingga permintaan terhadap barang dan jasa juga
menurun. Penurunan ini mengharuskan produsen mengurangi produksi barang dan
jasa, diantaranya dengan cara mengurangi jumlah pekerja sehingga terjadilah
pengangguran. PHK yang terjadi karena krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia
adalah contoh pengangguran siklikal.
c.
Pengangguran
friksional, yakni pengangguran yang disebabkan oleh pergeseran (friksi) pekerja
yang ingin bergeser (berpindah) dari satu perusahaan ke perusahaan lain dalam
rangka mencari pekejaan yang lebih bagus dan cocok. Sementara mencari pekerjaan
baru, tenaga kerja pun menganggur untuk sementara waktu, sambil mencari
pekerjaan yang yang di inginkan. Oleh karena itu, pengangguran friksional
disebut juga pengangguran sukarela, karena terjadi atas keinginan sendiri.
d.
Pengangguran
musiman, yakni pengangguran yang disebabkan oleh perubahan musim atau perubahan
permintaan tenaga kerja secara berkala. Misalnya pada masa pembangunan gedung,
tukang bangunan bisa bekerja. Tetapi bila gedung telah selesai dibangun, tukang
bangunan menjadi pengangguran musiman sambil menunggu pembangunan berikutnya.
2.2
Pengaruh
MEA Terhadap Pengangguran
Dampak dari adanya MEA terhadap SDM dan lapangan pekerjaan
yang ada di Indonesia bisa dikatakan dibawah stabil ataupun bisa jadi jauh dari
kata stabil, hal tersebut dikarenakan dengan adanya MEA yang meliputi berbagai
negara, dimana subtansi dari hal tersebut adalah dengan bebasnya proses bisnis
ataupun perdagangan. Seperti yang kita ketahui jika para tenaga kerja
atau investor-investor asing masuk di indonesia hal tersebut akan menimbulkan
ketidak seimbangan grafik data jumlah pengangguran , yang diharapkan bukan
terpenuhnya pekerjaan bagi para pengangguran, tapi lebih banyaknya jumlah
pengangguran.
Hal tersebut karena perusahaan- perusahaan, atau
pabrik-pabrik milik orang asing atau investor pasti akan membawa
peralatan-peralatan penunjang pekerjaan dari bangsa mereka yang sudah memenuhi
standart dan canggih, hal tersebut akan berubah menjadi padat modal dari pada
padat karya, karena pekerjaan-pekerjaan perusahaan dapat dilakukan oleh
mesin-mesin tersebut.
Berbeda lagi halnya dengan jika tenaga kerja yang berasal
dari indonesia, akan berinisiatif untuk mencari pekerjaan di luar negri hal
tersebut karena di indonesia sudah minim pekerjaan, dikarenakan pabrik-pabrik
telah dominan menggunakan tenaga mesin, mereka akn mencari pekerjaan ke luar
negri, di situ dampak lain kan terjadi mengingat SDM di indonesia masih sangat
rendah karena minimnya pendidikan yang otomatis akan membuat para tenaga kerja
asal indonesia terkalahkan oleh tenaga kerja asing sebab kualitas dan kinerja
yang terlampaui berbeda.
2.3
Pengangguran
di Indonesia
Semasa pemerintahan Orde Baru,
pembangunan ekonomi mampu menambahkan banyak pekerjaan baru di Indonesia, yang
dengan demikian mampu mengurangi angka pengangguran nasional. Sektor-sektor
yang terutama mengalami peningkatan tenaga kerja (sebagai pangsa dari jumlah
total tenaga kerja di Indonesia) adalah sektor industri dan jasa sementara
sektor pertanian berkurang. Pada tahun 1980-an sekitar 55 persen populasi
tenaga kerja Indonesia bekerja di bidang pertanian, tetapi belakangan ini angka
tersebut berkurang menjadi sekitar 40 persen.
Namun, Krisis Keuangan Asia (Krismon) yang terjadi pada
akhir tahun 1990-an merusak pembangunan ekonomi Indonesia (untuk sementara) dan
menyebabkan angka pengangguran di Indonesia meningkat menjadi lebih dari 20 persen
dan angka tenaga kerja yang harus bekerja di bawah level kemampuannya (underemployment)
juga meningkat, sementara banyak yang ingin mempunyai pekerjaan full-time,
hanya bisa mendapatkan pekerjaan part-time.
Sebagian besar tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di
daerah perkotaan karena Krismon pindah ke pedesaan dan masuk ke dalam sektor
informal (terutama di bidang pertanian). Walaupun Indonesia telah mengalami
pertumbuhan makro ekonomi yang kuat sejak tahun 2000-an dan boleh dikatakan
Indonesia sekarang telah pulih dari krisis pada akhir tahun 1990-an itu, sektor
informal ini - baik di kota maupun di desa - sampai sekarang masih tetap
berperan besar dalam perekonomian Indonesia. Walau agak sulit untuk menentukan
jumlahnya secara pasti, diperkirakan bahwa sekitar 55 sampai 65 persen
pekerjaan di Indonesia adalah pekerjaan informal. Saat ini sekitar 80 persen
dari pekerjaan informal itu terkonsentrasi di wilayah pedesaan, terutama di
sektor konstruksi dan pertanian.
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari
satu dekade ini secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di
Indonesia. Namun, dengan kira-kira dua juta penduduk Indonesia yang tiap
tahunnya terjun ke dunia kerja, adalah tantangan yang sangat besar buat
pemerintah Indonesia untuk menstimulasi penciptaan lahan kerja baru supaya
pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja yang tiap tahunnya terus
bertambah; pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka yang baru lulus kuliah)
adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya tindakan yang cepat.
Dengan jumlah total penduduk sekitar 255 juta orang, Indonesia
adalah negara berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan
Amerika Serikat). Selanjutnya, negara ini juga memiliki populasi penduduk yang
muda karena sekitar setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30
tahun. Jika kedua faktor tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah
negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang
menjadi lebih besar lagi ke depan, maka menekankan pentingnya penciptaan
lapangan kerja dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Tenaga Kerja Indonesia:
dalam juta
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
2016
|
Tenaga Kerja
|
116.5
|
119.4
|
120.3
|
120.2
|
121.9
|
122.4
|
127.8
|
Bekerja
|
108.2
|
111.3
|
113.0
|
112.8
|
114.6
|
114.8
|
120.8
|
Menganggur
|
8.3
|
8.1
|
7.3
|
7.4
|
7.2
|
7.6
|
7.0
|
Sumber: BPS
Tabel di
bawah ini memperlihatkan angka pengangguran di Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir. Tabel tersebut menunjukkan penurunan yang terjadi secara perlahan dan
berkelanjutan, khususnya angka pengangguran wanita. Pengangguran wanita
berkurang secara drastis, bahkan mulai mendekati angka pengangguran pria.
Meskipun demikian, masalah persamaan gender, seperti di negara-negara lain,
masih menjadi isu penting di Indonesia. Meski sudah ada kemajuan dalam beberapa
sektor utama (seperti pendidikan dan kesehatan), wanita masih cenderung bekerja
di bidang informal (dua kali lebih banyak dari pria), mengerjakan pekerjaan
tingkat rendah dan dibayar lebih rendah daripada pria yang melakukan pekerjaan
yang sama.
Pengangguran di Indonesia
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
Pengangguran
(% dari total tenaga kerja) |
10.3
|
9.1
|
8.4
|
7.9
|
7.1
|
6.6
|
6.1
|
6.2
|
5.9
|
6.2
|
Pengangguran Pria
(% dari total tenaga kerja pria) |
8.5
|
8.1
|
7.6
|
7.5
|
6.1
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Pengangguran Wanita
(% dari total tenaga kerja wanita) |
13.4
|
10.8
|
9.7
|
8.5
|
8.7
|
-
|
-
|
-
|
|
Sumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik
Salah satu
karakteristik Indonesia adalah bahwa angka pengangguran cukup tinggi yang
dihadapi oleh tenaga kerja muda usia 15 sampai 24 tahun, jauh lebih tinggi dari
angka rata-rata pengangguran secara nasional. Mahasiswa yang baru lulus dari
universitas dan siswa sekolah kejuruan dan menengah mengalami kesulitan
menemukan pekerjaan di pasar kerja nasional. Hampir setengah dari jumlah total
tenaga kerja di Indonesia hanya memiliki ijazah sekolah dasar saja. Semakin
tinggi pendidikannya semakin rendah partisipasinya dalam kekuatan tenaga kerja
Indonesia. Meskipun demikian dalam beberapa tahun terakhir terlihat adanya
perubahan tren: pangsa pemegang ijazah pendidikan tinggi semakin besar, dan
pangsa pemegang ijazah pendidikan dasar semakin berkurang.
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
Pengangguran Muda Pria
(persentase tenaga kerja pria 15-24 tahun) |
27.7
|
23.8
|
21.8
|
21.6
|
21.1
|
19.3
|
Pengangguran Muda Wanita
(persentase tenaga kerja wanita 15-24 tahun) |
34.3
|
27.3
|
25.5
|
23.0
|
22.0
|
21.0
|
Sumber: Bank Dunia
Sektor
pertanian tetap berada di posisi teratas dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Tabel di bawah ini memperlihatkan empat sektor terpopuler yang menyerap paling
banyak tenaga kerja di tahun 2011 dan setelahnya.
Tenaga
Kerja per Sektor
dalam juta
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
2016¹
|
Pertanian
|
42.5
|
39.9
|
39.2
|
39.0
|
37.8
|
38.3
|
Pedagang Grosir, Pedagang Ritel,
Restoran dan Hotel |
23.2
|
23.6
|
24.1
|
24.8
|
25.7
|
28.5
|
Jasa masyarakat, Sosial dan Pribadi
|
17.0
|
17.4
|
18.5
|
18.4
|
17.9
|
19.8
|
Industri
Manufaktur
|
13.7
|
15.6
|
15.0
|
15.3
|
15.3
|
16.0
|
Sumber: Badan Pusat Statistik
Pekerjaan
rentan (tenaga kerja yang tidak dibayar dan pengusaha) baik untuk pria maupun
wanita angkanya lebih tinggi di Indonesia daripada di negara-negara maju atau
berkembang lainnya. Dalam satu dekade terakhir ini tercatat sekitar enam puluh
persen untuk pria Indonesia dan tujuh puluh persen untuk wanita. Banyak yang
merupakan 'pekerja rentan' adalah mereka yang bekerja di sektor informal.
2.4
Kebijakan
Pemerintah Dalam Mengahadapi MEA
Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) membawa hal positif dan negatif bagi masing-masing negara
yang terlibat didalamnya. Beberapa kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah
saat ini antara lain ialah:
1. Mengembangkan
kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA dan kebijakan umum pengembangan
sektor jasa nasional.
2. Meningkatkan
kegiatan sosialisasi, fokus pada sisi suplai dan produksi.
3. Meningkatkan
perlindungan terhadap konsumen.
4. Pemberian
ruang usaha bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
5. Mendorong
swasta untuk memanfaatkan pasar terbuka.
6. Menciptakan
kondisi yang memberikan kesempatan agar pemasok jasa domestik dapat bersaing
dengan pemasok jasa asing.
7. Meningkatkan
kualifikasi pekerja seperti dokter dan arsitek.
Selain pemerintah, sektor swasta juga perlu melakukan persiapan jelang
masuknya pasar bebas ini, seperti mempelajari semua komitmen yang telah
disepakati antar negara ASEAN, meningkatkan kemampuan (efisiensi dan daya
saing) dari pasokan services yang disediakan, mengantisipasi masuknya investor
asing, mengantisipasi pergerakan tenaga kerja.
Dalam menahadapi MEA, terdapat peluang yang besar bagi UKM untuk meraih
potensi pasar dan peluang investasi harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Guna
memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan yang terbesar bagi UMKM
menghadapi MEA adalah bagaimana mampu menentukan strategi yang jitu guna
memenangkan persaingan.
Peranan pemerintah tentu menjadi penting terutama untuk mengantarkan mereka
agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya dalam memanfaatkan MEA.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk memberdayakan UMKM adalah:
1) Meningkatkan
kualitas dan standar produk
Guna dapat memanfaatkan
peluang dan potensi pasar di kawasan ASEAN dan pasar global, maka produk yang
dihasilkan UKM haruslah memenuhi kualitas dan standar yang sesuai dengan
kesepakatan ASEAN dan negara tujuan. Dalam kerangka itu, maka UKM harus mulai
difasilitasi dengan kebutuhan kualitas dan standar produk yang dipersyaratkan
oleh pasar ASEAN maupun di luar ASEAN. Peranan dukungan teknologi untuk
peningkatan kualitas dan produktivitas serta introduksi desainkepada para
pelaku UKM yang ingin memanfaatkan pasar ASEAN perlu segera dilakukan.
2) Meningkatkan
akses finansial
Isu finansial dalam
pengembangan bisnis UKM sangatlah klasik. Selama ini, belum banyak UKM yang
bisa memanfaatkan skema pembiayaan yang diberikan oleh perbankan. Hasil survey
Regional Development Institute (REDI, 2002) menyebutkan bahwa ada 3 gap yang dihadapi
berkaitan dengan akses finansial bagi UKM, (1) aspek formalitas, karena banyak
UKM yang tidak memiliki legal status; (2) aspek skala usaha, dimana sering
sekali skema kredit yang disiapkan perbankan tidak sejalan dengan skala usaha
UKM; dan (3) aspek informasi, dimana perbankan tidak tahu UKM mana yang harus
dibiayai, sementara itu UKM juga tidak tahu skema pembiayaan apa yang tersedia
di perbankan. Oleh karena itu, maka ketiga gap ini harus diatasi, diantaranya
dengan peningkatan kemampuan bagi SDM yang dimiliki UKM, perbankan, serta
pendamping UKM. Pada sisi lain, harus juga diberikan informasi yang luas
tentang skema-skema pembiayaan yang dimiliki perbankan.
3) Meningkatkan
kualitas SDM dan jiwa kewirausahaan UMKM
Secara umum kualitas SDM
pelaku UKM di Indonesia masih rendah. Terlebih lagi spirit kewirausahaannya. Di
Singapura, tingkat kewirausahaan di Singapura lebih dari 7% demikian juga di
USA, tingkat kewirausahaannya sudah mencapai 11,9%. Oleh karena itu, untuk
memperkuat kualitas dan kewirausahaan UKM di Indonesia, maka diperlukan adanya
pendidikan dan latihan keterampilan, manajemen, dan diklat teknis lainnya yang
tepat, yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan kewirausahaan juga perlu
ditingkatkan. Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya dukungan
modal awal terutama bagi wirausaha pemula.
4)
Memperkuat dan meningkatkan akses dan transfer teknologi bagi UKM untuk
pengembangan UKM inovatif.
Akses dan transfer teknologi
untuk UKM masih merupakan tantangan yang dihadapi di Indonesia. Peranan
inkubator, lembaga riset, dan kerjasama antara lembaga riset dan perguruan
tinggi serta dunia usaha untuk alih teknologi perlu digalakkan. Kerjasama atau
kemitraan antara perusahaan besar, baik dari dalam dan luar negeri dengan UKM
harus didorong untuk alih teknologi dari perusahaan besar kepada UKM. Praktek
seperti ini sudah banyak berjalan di beberapa Negara maju, seperti USA, Jerman,
Inggris, Korea, Jepang dan Taiwan. Model-model pengembangan klaster juga harus
dikembangkan, karena melalui model tersebut akan terjadi alih teknologi kepada
dan antar UKM.
5)
Memfasilitasi UKM berkaitan akses informasi dan promosi di luar negeri
Bagian terpenting dari proses
produksi adalah masalah pasar. Sebaik apapun kualitas produk yang dihasilkan,
kalau masyarakat atau pasar tidak mengetahuinya, maka produk tersebut akan
sulit dipasarkan. Oleh karena itu, maka pemberian informasi dan promosi produk-produk
UKM, khususnya untuk memperkenalkan di pasar ASEAN harus ditingkatkan. Promosi
produk, bisa dilakukan melalui dunia maya atau mengikuti kegiatan-kegiatan
pameran di luar negeri. Dalam promosi produk ke luar negeri ini perlu juga
diperhatikan kesiapan UKM dalam penyediaan produk yang akan dipasarkan.
Sebaiknya dihindari mengajak UKM ke luar negeri, padahal mereka belum siap
untuk mengekspor produknya ke luar negeri. Dalam kaitan ini, bukan saja
kualitas dan desain produk yang harus diperhatikan, tetapi juga tentang
kuantitas dan kontinuitas produknya.
2.5
Dampak
MEA Bagi Perekonomian Indonesia
Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar tunggal dan basis
produksi; kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; kawasan dengan pembangunan
ekonomi yang adil dan kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global. Dampak
terciptanya MEA adalah terciptanya pasar bebas di bidang permodalan, barang dan
jasa, serta tenaga kerja. Konsekuensi atas kesepakatan MEA yakni dampak aliran
bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus
bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas
modal.
Dari karakter dan dampak MEA
tersebut di atas sebenarnya ada peluang dari momentum MEA yang bisa diraih
Indonesia. Dengan adanya MEA diharapkan perekonomian Indonesia menjadi lebih
baik. Salah satunya pemasaran barang dan jasa dari Indonesia dapat memperluas
jangkauan ke negara ASEAN lainnya.
Apabila Indonesia siap menghadapi
MEA, maka akan
mendapatkan
beberapa dampak positf tersebut yang meliputi :
1.
Kegiatan
produksi dalam negeri menjadi meningkat secara kuantitas dan kualitas.
2.
Mendorong
pertumbuhan ekonomi negara, pemerataan pendapatan masyarakat, dan stabilitas
ekonomi nasional.
3.
Menambahkan
devisa negara melalui bea masuk dan biaya lain atas ekspor dan impor.
4.
Memulai
impor, kebutuhan dalam negara dapat terpenuhi.
5.
Memperluas
lapangan kerja dan kesempatan masyarakat untuk bekerja.
Dampak Positif lainnya yaitu investor Indonesia dapat memperluas ruang
investasinya tanpa ada batasan ruang antar negara anggota ASEAN. Begitu pula
kita dapat menarik investasi dari para pemodal-pemodal ASEAN. Para pengusaha
akan semakin kreatif karena persaingan yang ketat dan para professional akan
semakin meningkatakan keahlian , kompetansi dan profesionalitas yang
dimilikinya.
Namun, selain peluang yang terlihat di depan mata, ada pula hambatan
menghadapi MEA yang harus kita perhatikan. Hambatan tersebut di antaranya :
pertama , mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah. Kedua, ketersediaan dan
kualitas infrastuktur masih kurang sehingga mempengaruhi kelancaran arus barang
dan jasa. Menurut Global Competitiveness
Index (GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal dibandingkan
negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. . Ketiga , sektor
industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi.
Keempat, keterbatasan pasokan energi. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan
impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia. Apabila
hambatan-hambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan MEA justru akan menjadi
ancaman bagi Indonesia. Ancaman tersebut akan berdampak negatif bagi
perekonomian di Indonesia.
Masyarakat Ekonomi ASEAN pula memiliki dampak yang negative bagi
negara-negara yang ada didalamnya. Bagi Indonesia sendiri dampak negative dari
MEA antara lain:
1. Barang-barang
produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang dijual lebih murah
dalam negeri yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian besar.
2.
Orang – orang asing akan lebih leluasa mengekploitasi
alam Indonesia. Persaingan
yang sangat ketat. Nah, jika kita (orang Indonesia) kalah dalam bersaing maka
pengangguran akan merajalela dan tentunya kemiskinan akan semakin banyak.
3.
Akan semakin banyak barang dan jasa yang akan masuk ke
Indonesia yang mungkin menyebabkan masyarakat akan semakin sulit bersaing
dengan kompetitor dari luar negeri.
4. Persaingan
usaha baik mikro maupun makro akan semakin sulit dan kompetitif, sehingga
dikhawatirkan akan terjadi dominasi terhadap pihak-pihak yang kuat dari segi
ekonomi sehingga memunculkan kapitalisme.
5. Dengan
terjadinya kompetisi di bidang ekonomi maka akan terjadi kekhawatiran
peningkatan angka kriminal yang dikarenakan persaingan ekonomi yang semakin
sulit, sehingga berbagai macam cara yang tidak halal menjadi halal.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan, pengaruh dari
Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap pengangguran Indonesia memiliki dampak
positif dan negatif. Peran pemerintah terhadap meningkatkan kualitas sumber
daya manusia Indonesia juga sangat diperlukan serta kesadaran masyarakat
Indonesia sendiri. Kebijakan dan program-program yang telah pemerintah
keluarkan guna menngahadapi MEA sudah berjalan sangat baik hingga saat ini. Walaupun,
pada bidang pendidikan masih dikembangkannya lagi kurikulum yang diajarkan. Tetapi,
dapat kita lihat juga bahwa tingkat pengagguran pada akhir 2016 dikatakan
menurun, merupakan sebuah kemajuan untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia.
3.2. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
Putong,
Iskandar. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Budiono,
Dr. 2002. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPEE
Chotib,
Dzazuli, Suharmo, Tri, Abubakar, Catio. 2007. Ekonomi. Jakarta: PT. Ghalia
Indonesia
http://www.kompasiana.com/rismamp/pengaruh-mea-terhadap-tenaga-kerja-indonesia_57fd0edd86afbd862322605d
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20545-masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-perekonomian-indonesia
Arifin, Yaenal. (2013). Karya Tulis Ilmiah
Perencanaan Strategis Penguatan Daya Saing UMKM Dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Diperoleh dari: https://www.academia.edu/7542906/KARYA_TULIS_ILMIAH _PERENCANAAN_STRATEGIS_PENGUATAN_DAYA_SAING_UMKM_DALAM_MENGHADAPI_MASYARAKAT_EKONOMI_ASEAN_MEA_2015
Fitriani, Feni Freycinetia. (2014). MEA 2015: Pemerintah Didesak Buat Kebijakan
Pro UKM. Diperoleh dari: http://industri.bisnis.com/read/20141029/87/268599/mea-2015-pemerintah-didesak-buat-kebijakan-pro-ukm
Nohong, Mursalim. (2013). Kompetisi
Peran dalam ASEAN Economic Community (AEC). Diperoleh
dari: http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/ 4242/Berebut%20peran%20dalam%20MEA.pdf?sequence=1
According to Stanford Medical, It's indeed the SINGLE reason this country's women live 10 years longer and weigh 19 kilos lighter than us.
BalasHapus(And really, it has NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and absolutely EVERYTHING around "HOW" they eat.)
P.S, I said "HOW", not "WHAT"...
CLICK this link to determine if this easy test can help you discover your true weight loss potential